Penerapan syariat Islam di Nangroe Aceh Darussalam terkesan
menyeramkan dikarenakan pemberitaan media sekuler dan anti Islam yang
menonjolkan sisi ketegasan penerapan syariat Islam. Hal ini menyebabkan
banyak masyarakat beranggapan bahwa minoritas non Muslim di Aceh dalam
keadaan menderita karena syariat Islam. Namun hal itu dibantah oleh
warga Hindu dan Buddha di Aceh. Bahkan, umat non Islam di Aceh tidak
merasa keberatan dengan penerapan syari’at Islam di Aceh.
Tokoh agama Hindu, Sahnan Ginting, sebagaimana dikutip Suara Darussalam,memberikan komentarnya mengenai penerapan syariat Islam.
“Sesuai dengan konsep ajaran Islam bahwa penerapan syari’at, menurut
pemahaman kami, tidak diterapkan bagi non Muslim. Cuman kan, umat non
Islam juga hendaknya bisa menyesuaikan diri dengan kondisi
masyarakat/umat Islam di Aceh,” ujar Sahnan, yang merupakan Pembimas
Agama Hindu Kanwil Kementerian Agama Prov. Aceh.
Sahnan juga mengakui, pihaknya merasa damai hidup di Aceh yang menerapkan syari’at Islam.
“Sepengatahuan kami, selama saya menjabat sebagai Pembimas Hindu
selama tujuh tahun di Aceh, belum pernah kami jumpai adanya keluhan umat
Hindu apabila mereka berhubungan dengan masyarakat Muslim di Aceh yang
menerapkan syari’at Islam. Tidak pernah terjadi gesekan,” ujar Sahnan.
Sementara itu, agamawan Buddha, Wiswadas, S.Ag, M.Si, memberikan
pengakuan serupa. Wiswadas mengakui damai hidup di Aceh meskipun Aceh
memberlakukan Syari’at Islam.
“Secara pribadi saya mendukung pelaksanaan syari’at Islam di Aceh,
dalam artian pelaksanaan syaria’t Islam benar-benar dilaksanakan dengan
tepat sehingga efek dari pelaksanaan syari’at islam bisa memberikan
keteduhan, perlindungan dan keamanan bagi umat non Islam itu sendiri, “
ujar Wiswadas 9 Desember lalu.
Wiswadas mengakui, selama ia di Aceh, masyarakat Aceh berinteraksi secara sosial dengan baik dengan umat Non Muslim.
“Saya juga punya pengalaman, saya bisa berinteraksi dengan warga non
muslim, mereka bisa berbaur dan menghargai, dalam konteks yang sifatnya
umum seperti gotong royong, kunjungan orang sakit dan sebagainya. Ini
suatu kebiasaan yang lazim nilai-nilai yang berlaku secara universal,”
katanya. (LO/fimadani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar