ucapan

TERIMA KASIH KUNJUNGAN DAN KOMENTARNYA SEMOGA BERMANFAAT

Sabtu, 17 Januari 2015

Dari Terminal Angkot ke mihrab mesjid karena tarbiyah


Aba Zulfa Moh.Harto Moomin

Oleh : Aba Zulfa MH. Mukmin

Sebenarnya saya sudah tak ingin membuka lagi catatan hitam masa lalu saya sendiri, tapi ini lah dari sekian banyak cara, salah satunya saya melakukan ini agar selalu berhati hati, dan senantiasa waktu selalu tidak lewat tanpa kesyukuran atas nikmat hidayah ini
Kita mulai ya ……
Pandangan 'Unik' dari kebanyakan orang yang pernah lama hidup dialam bebas, hukum rimbalah yang jadi rujukan, perilaku kotor kadang jadi kebanggaan tersendiri dan sikap jumawa yang kadang tak jarang jatuh pada sikap merendahkan para penebar kebaikan.
Itulah yang terjadi pada diri saya sebelum mengenal tarbiyah. Pertama kali diajak 'ngaji' oleh kawan akrab PNS lulusan STPDN, awalnya terbesit rasa meremehkan karena kelihatannya tidak memiliki latar belakang pesantrenan. Namun setelah menjalani pertemuan yang mulanya karena rasa gak enak akhirnya ikut juga, walaupun lama mulai kecanduan dan antusias dengan yang namanya 'liqo'.
Buah dari liqo ini munculah 'ghirah' yang secara bahasa artinya 'cemburu' dan dalam istilah yakni 'gairah atau sikap semangat dalam mengaktualisasikan keislaman melebihi yang lain dalam rangka berfastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan'.
Yang tadinya malas ke masjid, shubuh kesiangan, lalai dan tidak tepat waktu, malas tilawah quran setelah tersentuh tarbiyah semuanya berubah.
Saking semangatnya mengikuti liqo tak puas hanya seminggu sekali sayapun mencari majelis majelis yang lain. Disinilah pengalaman saya bersinggungan dengan gerakan yang kemudian hari saya kenal dengan jamaah tabliq yang bertujuan mengajak orang lain untuk sholat dimesjid kemudian dibina, hanya saja setelah beberapa kali mengikuti saya merasakan ada 'corak pemikiran' yang beda antara model liqo saya yang pertama dengan liqo saya yang kedua(ta’lim JT).
Liqo pertama (Tarbiyah -red) membahas permasalahan umat islam pada aspek individu dalam hal aqidah, ubudiyah. Dalam tiap pertemuan pun senantiasa dievaluasi bacaan dan hafalan qurannya juga ibadah yang lain. Sedang liqo yang kedua (JT) membahas permasalahan umat pada aspek ubudiyah, dengan metode khuruj minimal tiga hari.
Usut punya usut setelah saya berkonsultasi kepada pemateri liqo pertama bahwa liqo yang saya ikuti diluar liqonya adalah halaqah JT sedang liqo yang saya ikuti dengannya adalah liqo tarbiyah. Sayapun tertarik mendalami kedua model gerakan islam ini dari buku-buku yang menjadi referensi keduanya hingga sayapun hafal tokoh-tokoh dan buku-buku dari kedua pergerakan tersebut.seperti tarbiyah ada Syeh Hasan Al-Banna , di JT ada syech Ilyas Alkandahlawi.
Hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk memilih tarbiyah yang saya rasa lebih mudah diterima secara konsep amal dan pemikiran walopun perkembangan JT selalu saya ikuti dari waktu kewaktu saat itu.
Setelah lama hampir setahun Tarbiyah sayapun mulai memahami bahwa tarbiyah adalah tarqiyah wa tanmiyah, artinya peningkatan dan pertumbuhan dalam memahami dan mengamalkan islam.walaupun wktu itu saya masih juga dengan kebiasaan buruk saya.
Kita mengenal karaker utama Dragon Ball yakni Son Goku, setiap menghadapi musuh baru yang lebih kuat yang tak bisa dia lawan dengan kekuatan super saiya yang ada akan selalu ada cara dia mendapatkan kekuatan super saiya yang baru.
Seperti itulah tarbiyah, memiliki masa dan tingkatannya sendiri dalam menjawab tantangan yang sesuai dengan kadarnya.
Saat pertama tersentuh tarbiyah maka tantangannya adalah kepribadian dan mentalitas diri, progres pertumbuhan tidak akan bertambah sampai rintangan yang ada terlewati. Demikian seterusnya.
Begitulah yang saya alami dalam tarbiyah, saat awal dibina paradigma tarbiyah saya dibentuk untuk meningkatkan muwashofat kader tarbiyah agar bertambah maqam taqwimnya sehingga terukur tarqiyah wa tanmiyahnya.
Namun saat memasuki kehidupan yang harus serba islami yang dibentuk lewat tarbiyah dimana qualifikasi syakhsiyah kader tidak berpatokan pada muwashofat melainkan pada kepatuhan dan penugasan itulah saat dimana saya mengalami 'tsunami, semuanya hancur ada kurang lebih setahun saya meninggalkan tarbiyah, disinilah saya merasakan ketersiksaan yang amat sangat, saya hampir kehilangan segala galanya mulai dari ibadah, usaha, dan rumah tanggapun ikut diterjang badai musibah.. 
Yang tersisa saat itu adalah kesabaran, ketsabatan dan rasa cinta akan tarbiyah. Dalam saat genting itu saya bukan memperkuat ibadah tapi mencari halaqah untuk menambatkan hati yang sudah gersang, pintu menuju puncak keputu asaan pun sudah terbuka lebar.
 Singkat kisah saya sudah mulai liqa’ lagi, syukurlah tsunami itupun berlalu, angin ghirah yang dulu pernah saya rasakan kini berhembus lagi.Sedikit banyaknya sayapun mengerti, tarbiyah tak melulu materi-materi dalam liqo. Ujian kesabaran, ujian ukhuwah, ujian ketsabatan adalah madrasah tarbiyah yang tak kalah penting dari liqo.
Dan diujung kesimpulan saya tentang hidup ini adalah ternyata hidup itu sangat mudah, saaangat mudah... asal kita selalu bersama Allah maka pasti tiadalah kesulitan.
Sekian .... Wasalam .....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer