![]() |
Mushab ditangan kanan batu ditangan kiri |
Mushab ditangan kanan batu ditangan kiri saat mengisi ta’lim’
Oleh : Harto Moomin
Nikmat paling besar
dalam hidup hanya satu yakni nikmat kesempatan untuk memberi manfaat kepada
orang lain, dan melakukan hal ini kita berhadapan dengan dua kondisi yang jadi
tantangan besar yakni kondisi manusia
dan kondisi alam.
Baik saudaraku … kita
ulas sedikit tentang dua kondisi di atas ;
1.
Kondisi
masyarakat
Kondisi ini
dirasakan oleh seluruh pegiat dakwah, karena pertama saat kita masuk kedalam
sebuah lingkungan masyarakat maka yang pertama yang harus dibenahi adalah
masaalah aqidah, maaf kalau pembahasan ini cenderung lebih pada kasuistik.
Belum dua bulan mengisi ta’lim di salah satu desa Saya sudah dipercaya, bahkan
sudah disodori gunting untuk menggunting kain kafan, dan amanah saya kerjakan
dengan kondisi baju yang sudah basah dengan keringat dingin karena tidak biasa,
#jaim hehe.. tiga kemudian saya diundang untuk ceramah di ta’jiah, jadwal
pengajian pekan berikut saya sudah disodori buku kecil untuk memimpin doa arwah
hari ke 7, tapi saya tolak, karena saya punya buku kecil juga namanya
almatsurat, maka berlangsunglah doa arwah dengan aman dan terkendali. Walaupun
seminggu kemudian saya dapat info mereka bikin doa arwah lagi dengan alasan doa
saya kurang meyakinkan dan tidak dirasakan oleh si mayit karena tidak pakai
kemenyan, karena asap kemenyan itulah yang akan mengantarkan doa kita. Itulah
satu dari sekian banyak keyakinan masyarakat yang menunggu uluran kita,
2.
Kondisi alam
Kondisi
masyarakat diatas yang saya ceritakan tinggal di salah satu dusun yang kini
sudah masuk di kecamatan ibu kota kabupaten hingga berubah menjadi kelurahan setelah
pemekaran yang kurang lebih 2 km kedalam hanya bisa tembus dengan ojek. J . Respon masyarakat setempat sangat luar biasa.
Saya lebih banyak membahas seputar aqidah, dan ketika materi ini dirasa semacam ada pencerahan,
mereka sangat antusias saat diskusi, saya terus dicecar dengan pertanyaan
hingga tak terasa waktu sudah jam 1 malam. Dan setelah acara sudah selesai
mereka pulang kerumah masing dan langsung , karesa televise tidak ada sebab
belum ada listrik, dan saya ? saya pulang dengan jalan kaki menembus gelapnya
malam dengan mushab di tangan kanan dan batu ditangan kiri di sepanjang jalan
yang rumah penduduk jarang tapi gonggongan hampir di setiap sepuluh meter
..hehe…karena ojek sudah tidak ada di jam jam begitu pada 10 tahun lalu.
Panjang kisah kisah ini seperti penulis ditolong orang mabuk, padahal saya bawa
mushab pulang dari pengajian, atau lucunya mutarobi ketika ditanyakan apa
minggu ini pernah sholat malam ? dijawabnya ‘’ sholat dhuhah saja yang siang
tidak sempat apalagi qiyamullail tengah malam …J
tapi saya cukupkan dulu disini. semoga insya
Allah penulis berlindung kepada Allah dari riya dan bisa bermanfaat bagi
pembaca sekalian
aquulu
qaulihaaja wastagfiruuhu innahuu huwal gafururrahim… Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar