ucapan

TERIMA KASIH KUNJUNGAN DAN KOMENTARNYA SEMOGA BERMANFAAT

Senin, 01 Desember 2014

Kisah murabbi membawa Alqur’an dan batu saat mengisi ta’lim’

Mushab ditangan kanan batu ditangan kiri


Mushab ditangan kanan batu ditangan kiri saat mengisi ta’lim’

Oleh : Harto Moomin

Nikmat paling besar dalam hidup hanya satu yakni nikmat kesempatan untuk memberi manfaat kepada orang lain, dan melakukan hal ini kita berhadapan dengan dua kondisi yang jadi tantangan besar yakni kondisi  manusia dan kondisi alam.
Baik saudaraku … kita ulas sedikit tentang dua kondisi di atas ;
1.      Kondisi masyarakat
Kondisi ini dirasakan oleh seluruh pegiat dakwah, karena pertama saat kita masuk kedalam sebuah lingkungan masyarakat maka yang pertama yang harus dibenahi adalah masaalah aqidah, maaf kalau pembahasan ini cenderung lebih pada kasuistik. Belum dua bulan mengisi ta’lim di salah satu desa Saya sudah dipercaya, bahkan sudah disodori gunting untuk menggunting kain kafan, dan amanah saya kerjakan dengan kondisi baju yang sudah basah dengan keringat dingin karena tidak biasa, #jaim hehe.. tiga kemudian saya diundang untuk ceramah di ta’jiah, jadwal pengajian pekan berikut saya sudah disodori buku kecil untuk memimpin doa arwah hari ke 7, tapi saya tolak, karena saya punya buku kecil juga namanya almatsurat, maka berlangsunglah doa arwah dengan aman dan terkendali. Walaupun seminggu kemudian saya dapat info mereka bikin doa arwah lagi dengan alasan doa saya kurang meyakinkan dan tidak dirasakan oleh si mayit karena tidak pakai kemenyan, karena asap kemenyan itulah yang akan mengantarkan doa kita. Itulah satu dari sekian banyak keyakinan masyarakat yang menunggu uluran kita,

2.      Kondisi alam
Kondisi masyarakat diatas yang saya ceritakan tinggal di salah satu dusun yang kini sudah masuk di kecamatan ibu kota kabupaten hingga berubah menjadi kelurahan setelah pemekaran yang kurang lebih 2 km kedalam hanya bisa tembus dengan ojek. J . Respon masyarakat setempat sangat luar biasa. Saya lebih banyak membahas seputar aqidah, dan ketika  materi ini dirasa semacam ada pencerahan, mereka sangat antusias saat diskusi, saya terus dicecar dengan pertanyaan hingga tak terasa waktu sudah jam 1 malam. Dan setelah acara sudah selesai mereka pulang kerumah masing dan langsung , karesa televise tidak ada sebab belum ada listrik, dan saya ? saya pulang dengan jalan kaki menembus gelapnya malam dengan mushab di tangan kanan dan batu ditangan kiri di sepanjang jalan yang rumah penduduk jarang tapi gonggongan hampir di setiap sepuluh meter ..hehe…karena ojek sudah tidak ada di jam jam begitu pada 10 tahun lalu. Panjang kisah kisah ini seperti penulis ditolong orang mabuk, padahal saya bawa mushab pulang dari pengajian, atau lucunya mutarobi ketika ditanyakan apa minggu ini pernah sholat malam ? dijawabnya ‘’ sholat dhuhah saja yang siang tidak sempat apalagi qiyamullail tengah malam …J

 tapi saya cukupkan dulu disini. semoga insya Allah penulis berlindung kepada Allah dari riya dan bisa bermanfaat bagi pembaca sekalian
aquulu qaulihaaja wastagfiruuhu innahuu huwal gafururrahim… Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar